Jumat, 19 November 2010

MAKALAH MAKSOROMIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap kehamilan terutama kehamilan pertama. Perlunya pengawasan awal agar dapat secepatnya diketahui apakah ada komplikasi pada kehamilan tersebut. Kehamilan merupakan yang besar maknanya, kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali dalam kunjungan. (Prawiroharjo, 2002).
Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi. Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. (R. Haryono Roeshadi, 2009).
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (www.wikimu.com).
Persalinan ialah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Salah satu upaya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan dengan berdasarkan pada konsep asuhan persalinan normal. Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih, aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. (Manuaba Ida Bagus, 1998)
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan memegang peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grande multipara. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. (http://www.drdidispog.com/2008
Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet janin dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. (http://www.drdidispog.com/2008)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendeteksi secara dini adanya penyulit pada persalinan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan yang tepat dan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui penyulit pada kehamilan dan persalinan dengan makrosomia
b) Untuk mengetahui penyebab makrosomia
c) Untuk mengetahui komplikasi pada kehamilan dan persalinan akibat makrosomia
d) Untuk mengetahui tanda dan gejala pada kehamilan dan persalinan dengan makrosomia.
e) Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin dengan makrosomia.

C. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat mendeteksi secara dini adanya komplikasi persalinan dengan makrosomia sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat sehingga tidak membahayakan jiwa ibu dan janin.
2. Bagi mahasiswa
Agar dapat membantu bidan mendeteksi secara dini adanya komplikasi persalinan dengan makrosomia sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan wewenang bidan.








BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
1. Kehamilan dengan penyulit janin besar
Kehamilan dengan janin besar merupakan salah satu penyulit pada kehamilan yang bisa disebabkan beberapa faktor antara lain adalah karena penyakit Diabetes Mellitus yang diderita ibu, faktor genetik dan faktor kecukupan gizi selama hamil. Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya.
Usaha untuk pencegahan penyulit kehamilan dan persalinan tergantung pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi diduga sangat berpengaruh. Karena pada umumnya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi baik memiliki kemampuan untuk memenuhi gizi seimbang pada saat hamil. Hal ini juga memungkinkan ibu kelebihan nutrisi pada saat hamil sehingga menyebabkan bayi besar. oleh karena itu pemeriksaan antenatal yang sesuai standar dapat membantu mendeteksi penyulit pada masa kehamilan.
Dalam kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin sebaiknya harus dapat diikuti dengan baik. Adanya kelainan pertumbuhan janin seperti KMK (kecil untuk masa kehamilan), BMK (besar untuk masa kehamilan), kelainan bawaan seperti hidrosefalus, hidramnion, kehamilan ganda ataupun adanya kelainan letak janin sedini mungkin harus segera dapat di deteksi. Bila keadaan ini baru di diagnosa pada kehamilan lanjut, maka penyulit pada kehamilan dan persalinan akan sering dijumpai.
Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan. (R. Haryono Roeshadi, 2009)
2. Persalinan dengan janin besar
Persalinan dengan penyulit makrosomia adalah penyulit dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari penyulit kehamilan dengan janin besar. Apabila tidak ditangani secara tepat akan berakibat fatal bagi ibu dan bayi. Kehamilan Implikasi makrosomia bagi ibu melibatkan distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan pada serat-serat uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum. Persalinan dapat menjadi lebih lama dan tindakan operasi pada saat melahirkan menjadi lebih dimungkinkan. (Persis Mary, 1995)
Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat ultrasonik.
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. (http://www.drdidispog.com/2008)
3. Bayi makrosomia
Pengertian dari makrosomia menurut pendapat para ahli sebagai berikut :
- Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. (Keperawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Kondisi bayi dengan berat lahir makrosomia membutuhkan perawatan yang lebih/intensif dan harus selalu dipantau untuk menghindari resiko dikemudian hari. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (www.drdidispog.com/2008).

B. Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / Baby giant. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusaT baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.
2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Baby giant berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
4. Pengaruh kecukupan gizi
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.
5. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama. (www.wikimu.com).

C. Manifestasi Klinis
1. Pada saat kehamilan :
a) Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia gestasi
b) Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm.
c) Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gram.
2. Pada bayi baru lahir :
a) Berat badan lebih dari 4000 gram
b) Badan montok dan kulit kemerahan
c) Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali)
d) Lemak tubuh banyak. (Markum, A.H. 1996)
C. Patofisiologis
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
- Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badan. (Markum, A.H. 1996)

Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik. (Markum, A.H. 1996)
Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton. (Arvin Behrman Kliegmen, 1996)
D. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. (Bobak, dkk. 2005)
Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil. (Arvin Behrman Kliegmen, 1996).
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.
Kesulitan yang dapat terjadi adalah :
1. Kesulitan pada ibu :
a) Robekan hebat jalan lahir
b) Perdarahan
c) Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria.
d) Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa sembuh dengan perawatan yang baik.
2. Pada bayi :
a) Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu tersangkut di jalan lahir.
b) Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bahu.
c) Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan adanya gangguan motorik pada lengan.
d) Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat melahirkan bahu.
e) Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.
Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
1. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit DM karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan. (Khosim MS, dkk. 2004)
Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam.
2. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM. Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungsi kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
3. Polestemia dan Hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia. Bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.
Hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah dan terjadinya hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, dizziness, vertigo, stroke, tinitus dan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur, skotoma dan diplopia. (Markum, A.H. 1996).



4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:
a) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan
b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL
c) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam
d) Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL
e) Ikterus menetap pada usia >2 minggu
f) Terdapat faktor resiko
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
- Fungsi hepar yang belum sempurna

E. Mekanisme Persalinan
Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat ultrasonik.
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. (http://www.drdidispog.com/2008)
Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas, hidung serta mulut janin dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam ke bawah secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur.
Bila tidak berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lahir di bawah simfisis. Bila dengan cara ini pun belum berhasil, penolong memasukkan tangannya ke dalam vagina dan berusaha melahirkan lengan belakang janin dengan menggerakkan di muka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri digunakan tangan kanan penolong, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul guna melahirkan lengan depan.
Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada satu atau kedua klavikula (tulang disamping leher) untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir. (http://www.drdidispog.com/2008)

F. Pencegahan
Selama perawatan antepartal dilakukan pengkajian ukuran pelvic ibu dan ukuran janin yang sedang berkembang. Ukuran janin ditentukan dengan palpasi panjang crown-rump janin dalam uterus. Sonografi pelvimetri dapat memberikan informasi lebih lanjut. Bila terlihat uterus yang sangat besar, hidramnion, atau ukuran janin yang sangat besar, atau janin lebih dari satu merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab.

Hal hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia :
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat badan janin saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.
2. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan, susu, daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, gula, mie, roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga dapat memantau penambahan berat badan bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah untuk mencegah terjadinya bayi besar. (Hendrik, 2009)
G. Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja persalinan pervaginam. (Arvin Behrman Kliegmen, 1996).
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, kadar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi :
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.
- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadar glukosa stabil.
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, bradikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.
3. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi sinar/transfusi darah.
4. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfusi parsial dengan plasma beku segar. (Bobak, dkk. 2005)




BAB III
TINJAUAN KASUS
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Makrosomia

Nama : Maulidia Nama Suami : Nassiruddin
Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun
Alamat : Desa Krueng Ano Alamat : Desa Krueng Ano
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
KALA I
Tanggal : Sabtu, 27 Maret 2010
Jam : 00.00 WIB

S : Ny. M datang ke BPS Julidah bersama keluarganya. Ibu mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang. Sakit pertama kali dirasakan sehabis maghrib. Sakit dirasakan semakin kuat dan sering. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan belum pernah keguguran. Jarak antara kehamilan yang lalu adalah 4 tahun. Ibu mengatakan kehamilannya cukup bulan. Gerakan janin ibu rasakan baik. Ketuban belum pecah. Haid terakhir : 28 - 6 - 2009
O : TD : 100/70 mmHg TTP : 5 - 4 - 2010
RR : 20 x/menit BB : 65 Kg
Nadi : 80 x/menit TBBJ : (40 - 11) x 155 = 4495 gram
T : 36,50C
Tidak ada luka bekas operasi pada abdomen
Kontraksi 3 x/10 menit, berlangsung selama 30 detik
L1 : 40 cm
L2 : Punggung kiri
L3 : Kepala
L4 : Convergent
DJJ : 138 x/menit
Pemeriksaan dalam :
o Portio tebal
o Pembukaan 1 cm
o Selaput ketuban (+) utuh
o Bloody show (+)
o Molase 0, Hodge I

A : G1 P0A0 Usia kehamilan 38 - 40 minggu
Ibu dalam kala I persalinan fase laten dengan makrosomia
Ketuban utuh
k/u Ibu dan janin baik
P : ● Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu → makrosomia → ibu sudah mengerti
• Menjelaskan tentang pengertian makrosomia. Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram → Ibu sudah mengerti tentang pengertian makrosomia.
• Menjelaskan pada ibu tentang penyebab dari makrosomia.
- Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
- Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.
- Faktor genetik
- Pengaruh kecukupan gizi
→ Ibu sudah mengerti tentang penyebab dari makrosomia.
• Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu apabila ibu melahirkan di bidan secara normal :
- Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibu
- Partus lama
- Ruptur uteri dan serviks
- Robekan perineum dan vagina
→ Ibu sudah mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu apabila ibu melahirkan di bidan secara normal.
• Menjelaskan pada ibu komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan makrosomia:
- Perdarahan intrakranial
- Distosia bahu dan fraktur anggota gerak
- Hipoglikemia yaitu kekurangan kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata.
- Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar kalsium dalam darah
- Hiperbilirubinemia yaitu kelebihan kadar bilirubin dalam darah
→ Ibu sudah mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan makrosomia.
• Menganjurkan ibu untuk melahirkan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap agar ibu melahirkan secara operasi sesar → Ibu mengerti dan bersedia ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap dan ibu bersedia melahirkan secara sesar.
• Membantu ibu dan keluarga memilih rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan ibu dan ketersediaan dana → ibu Memilih Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.
• Menjelaskan kepada kelurga untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk rujukan, seperti :
- Transportasi
- Biaya
- Pendonor darah
- Perlengkapan ibu dan bayi
→ Keluarga sudah mengerti dan bersedia mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk perujukan.
• Mendampingi ibu dan keluarga ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin → Ibu dan keluarga bersedia didampingi ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.














BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. (Keperawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
2. Etiologi dari makrosomia adalah ibu yang menderita diabetes mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan, ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik dan pengaruh kecukupan gizi. (Markum, A.H. 1996)
3. Tanda dan Gejalanya adalah Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir, Besar untuk usia gestasi atau tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm dan Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata. (Markum, A.H. 1996).
4. Komplikasi pada makrosomia adalah Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi.
5. Mekanisme Persalinannya adalah pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. (Bobak, dkk. 2005)
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Agar dapat mendeteksi secara dini makrosomia pada ibu bersalin dan dapat melakukan asuhan yang sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan kapasitas bidan sehingga dapat menghindari komplikasi yang terjadi dari makrosomia.
2. Bagi mahasiswa
Agar dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan makrosomia sesuai dengan teori yang telah dipelajari. Serta dapat mendeteksi secara dini makrosomia sehingga dapat mencegah komplikasi yang terjadi dari makrosomia.




DAFTAR PUSTAKA


Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I. Jakarta : Egc.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
http://www.drdidispog.com/2008/11/makrosomia-bayi-besar.html
http://www.google.com/Posted on Juni 17, 2009/by ayurai.
Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tabloid Ibu Anak. “Mother And Baby” Edisi Senin, 04 Nov 2002
Persis mary. 1995. “Dasar-dasar keperawatan maternitas”. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

makalah ISPA pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas (www.balitasehat.com)

Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penyakit ISPA pada balita sehingga dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk menenkan angka morbiditas dan mortalitas balita akibat penyakit ISPA.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian penyakit ISPA
Untuk mengetahui penyebab penyakit ISPA
Untuk mengetahui klasifikasi penyakit ISPA
Untuk mengetahui komplikasi penyakit ISPA
Untuk mengetahui patofisiologis penyakit ISPA
Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit ISPA










BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. (FKUI, 1998).

Etiologi
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik. (www.google.com)

Klasifikasi ISPA
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
sebagai berikut:
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (DEPKES, 1998).



Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.

Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotic.
Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare.
Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta (Adelle, 2002)

Patofisiologis
Penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Komplikasi timbul akibat invasi sekunder bakteri pathogen seperti pneumokokus, streptokokus, haemophilus influenzae atau stafilokokus. Masa tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar. (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit : 1995)

Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.



Pemberantasan yang dilakukan adalah :
Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
Immunisasi.

Penatalaksanaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat di diagnosa dan diklasifikasi.
Pengobatan berdasarkan klasifikasi ISPA

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.

Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari (Adelle, 2002).


Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (www.google.com).


















BAB III
TINJAUAN KASUS

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Anak Dengan Penyakit ISPA

Nama Anak : Nabila Susanti Nama Ibu : Maryam
Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng
Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010
Jam : 10.20 WIB

S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu mengatakan anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah diberikan obat penurun panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir dengan keadaan anaknya dan anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan lain seperti pisang dan nasi.

O : BB : 8 Kg
T : 37,30C
RR : 40x/m
Denyut jantung : 100x/m
Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas

A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
k/u bayi baik
P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA
Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru → Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.
Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.
Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya atau anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu sudah mengerti.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan ASInya kepada bayi.
Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan pengawet kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
Memberikan terapi oral untuk bayi :
Cefadroxil sirup 2 x 1
Paracetamol sirup 3 x 1
GG ½ tab
Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks
Metil prednisone ¼ tab
Xanvit sirup 3 x 1
Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera datang ke tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.







DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 1992.Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.
____________1987.Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya.
Ranuh, IG. G, 1980. Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR
Santosa, G. 1980. “Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak”. FK-UNAIR. Pilliteri Adelle. 2005. “Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak”. Jakarta : EGC.

KTI KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MEMERIKSAKAN KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO memperkirakan pada periode tahun 2004 sampai 2008 sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan berturut-turut 170 ribu dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu dan anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar (Indonesia Sehat, 2008).
Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian ibu untuk Provinsi Aceh tahun 2005 adalah 354/100.000 kelahiran hidup (http://www.sdki.com/2007).
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, toxemia gravidarum, partus macet, abortus dan ruptur uteri (Prawirohardjo, 2005). Penyebab langsung kematian ibu sebagian besar dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan pelaksanaan asuhan kebidanan atau biasa dikenal AnteNatal Care (ANC) (Salmah, 2006).
Asuhan kebidanan merupakan pelayanan kesehatan utama yang diberikan kepada ibu, anak, keluarga dan masyarakat. Setiap ibu hamil akan menghadapai resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama kehamilannya (Salmah, 2006).
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap kehamilan terutama kehamilan pertama. Perlunya pengawasan awal agar dapat secepatnya diketahui apakah ada komplikasi pada kehamilan tersebut. Kehamilan merupakan yang besar maknanya, kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali dalam kunjungan (Prawiroharjo, 2002).
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala (Prawirohardjo, 2002).
Cakupan pelayanan antenatal yang dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil K1 pada tahun 2008 untuk Provinsi Aceh adalah 86,75% sedangkan cakupan K4 tahun 2008 adalah 78,87% (Dinkes Provinsi Aceh,2008).
Cakupan pelayanan antenatal untuk Kotamadya Banda Aceh untuk tahun 2008 K1 sebesar 97,43 % dan K4nya 84,35 % (Dinkes Kota Madya Banda Aceh, 2008)
Berdasarkan data yang didapatkan penulis dilapangan saat melakukan pra survey di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh didapati angka kunjungan kehamilan pada tahun 2009 yaitu sebanyak 2.271 kunjungan dengan jumlah K1 1.184 (52,1%) dan K4 1.087 (47,8%). Sedangkan pada tahun 2010 periode Januari sampai Juni yaitu sebanyak 2.455 kunjungan dengan jumlah K1 1.420 (55,5%) dan K4 1.035 (40,5%). Atau terjadi peningkatan sekitar 3,9% walaupun hanya sampai periode Juni sudah terjadi peningkatan yang signifikan.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) merupakan rumah sakit pemerintah pertama di Aceh yang didirikan pada tahun 2007 dengan tujuan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di Provinsi Aceh.
Dari data diatas penulis tertarik untuk meneliti Karakteristik Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Karakteristik Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilannya Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ditinjau dari umur.
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ditinjau dari pendidikan.
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ditinjau dari pekerjaan.
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ditinjau dari pendapatan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk :
Manfaat bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan bagi Akademi Kebidanan Yayasan Harapan Bangsa Banda Aceh mengenai karakeristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan masukan bagi pengelola KIA untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan antenatal di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan terapan terhadap ilmu yang telah dipelajari serta dapat membuat proposal penelitian dan laporan penelitian.

Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup pada penelitian ini adalah :
Ruang lingkup materi
Materi dalam penelitian ini yaitu karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ditinjau dari segi umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Ruang lingkup responden
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Ruang lingkup waktu
Adapun waktu yang diperlukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober 2010.
Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Ibu Hamil
Menurut Depdikbud (2003), karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang sesuai dengan perwatakan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut Widianingrum (2000), karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi (pendapatan) dan sebagainya.
Umur (Widianingrum, 2000)
Menurut kamus wikipedia bahasa Indonesia 2008, umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup atau yang mati diukur sejak ia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan, semakin tua usia pada saaat hamil ibu membutuhkan perhatian khusus terhadap kehamilannya untuk mengidentifikasi masalah dan tes yang perlu dilakukan serta perawatan pranatal ibu hamil pada usia tua tidak jauh berbeda pada ibu hamil dengan usia yang normal (Stoppard, 2007).
Menurut Prawirohardjo (2005), dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun karena pada usia dibawah 20 tahun endometrium masih belum matang sehingga belum siap menerima hasi konsepsi. Dan kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun karena alat reproduksi sudah mengalami atrofi sehingga mudah terjadi perdarahan dan mengakibatkan sejumlah komplikasi seperti plasenta previa
Sedangkan menurut Indriati (2008), usia 18-25 tahun, dilihat dari sisi biologis merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Pada usia ini organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degeneratif dan daya tahan tubuh masih kuat sehingga dapat mengalami kehamilan dengan baik dan proses pemulihan pasca persalinan berlangsung lebih cepat dan resiko keguguran lebih rendah.
Secara kejiwaan usia dibawah 18 tahun belum siap atau terjadi kehamilan yang tidak direncanakan atau diinginkan. Kehamilan atau kehadiran anak dalam kondisi ini akan menyebabkan tekanan dalam hubungan pasutri secara emosi usia dibawah 18 tahun masih labil. Usia ini dapat berpengaruh pada kehamilan dan persalinan. Usia ibu yang baik untuk hamil adalah 18-35 tahun sedangkan usia ibu yang beresiko untuk hamil dan bersalin adalah umur ibu kurang dari 18 tahun dan usia ibu lebih dari 35 tahun.
Kematangan emosi dan kejiwaan yang kurang serta fungsi fisiologis yang belum optimal sehingga lebih sering menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan selama kehamilan, sebaliknya pada usia ibu yang telah tua telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis (Indriati, 2008).
Pendidikan (Widianingrum, 2000)
Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Stoppard, 2007)
Menurut UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu :
Pendidikan dasar (SD/Sederajat dan SLTP/Sederajat)
Pendidikan menengah (SMU/Sederajat)
Pendidikan tinggi (DIII/Perguruan Tinggi)
Dengan adanya pendidikan setiap ibu hamil akan dapat memahami apa yang harus dilakukan dengan kehamilannya dan dapat menangkap secara cepat informasi atau pengetahuan yang memberikan pengaruh positif daya fikir ibu hamil yang akan mendorong mereka untuk hidup sehat (Rustam, 2000).
Pekerjaan (Widianingrum, 2000)
Pekerjaan adalah pencarian barang yang terjadi untuk sesuatu pokok penghidupan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah (BKKBN, 2002)
Ibu atau istri bekerja adalah ibu yang bekerja atau melaksanakan kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan, sedangkan ibu rumah tangga (IRT) adalah ibu yang tidak memiliki penghasilan dan menjalankan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, mengurus anak dan lain-lain (BKKBN, 2002).
Kebanyakan ahli medis percaya bahwa ibu tidak boleh terus bekerja setelah minggu ke-32, ini adalah perkiraan waktu ketika pekerjaan sangat membebani jantung, paru-paru dan organ-organ vital lainnya seperti ginjal dan hati sehingga terjadi ketegangan fisik yang amat besar pada tulang, tulang sendi dan otot-otot ibu yang menyebabkan ibu merasa lelah dan merasa sulit untuk bekerja. Apapun pekerjaannya ibu harus menyesuaikan dengan rutinitas kesehariannya. Ketika kehamilan bertambah besar ibu akan kehilangan kegesitannya dan bekerja dalam waktu yang lama dan tidur terlalu malam hanya akan membuat ibu lelah (Stoppard, 2007)
Ibu yang berprofesi sebagai wanita karir mempunyai kesibukan diluar rumah tangga harus bisa menjaga kesehatannya dan janin dalam kandungannya dengan baik. Ibu hamil yang berprofesi sebagai wanita karir tidak mempunyai waktu yang banyak untuk beristirahat dibanding dengan ibu hamil yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita yang bekerja diluar rumah juga bertanggung jawab untuk pekerjaan rumah tangganya mempunyai resiko 5 kali resiko komplikasi yang lebih besar. Resiko keguguran meningkat 2 sampai 3 kali pada wanita yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat stres yang lebih tinggi (Stoppard, 2007)
Adapun jenis-jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
Pegawai
Adalah jenis pekerjaan yang memiliki penghasilan tetap (mendapat gaji/upah) karena bekerja baik di instansi pemerintah, kantor atau perusahaan swasta ataupun bekerja dengan perorangan seperti pembantu rumah tangga dan lain-lain.
Ibu wirausaha
Yaitu kegiatan yang dikelola oleh ibu sendiri yang bersifat ekonomi produktif secara berkesinambungan (pada sektor pertanian, industri kecil, jasa dan perdagangan) yang memerlukan modal berupa uang atau barang yang dapt memperoleh keuntungan (BKKBN, 2002).
Pendapatan (Widianingrum, 2000)
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pendapatan maka ada baiknya penulis mengemukakan beberapa ahli, antara lain Simanjuntak (2005) mengemukakan bahwa pendapatan yaitu: “Semua penghasilan yang diterima oleh setiap orang dalam kegiatan ekonomi pada suatu periode. Pendapatan adalah penghasilan yang berupa upah atau gaji, bunga, denda, keuntungan, dan suatu arus uang yang diukur pada suatu periode waktu tertentu”.
Selanjutnya Winardi (2006) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah Cara normal untuk memperoleh suatu pendapatan terdiri dari pada tindakan melakukan prestasi ekonomi bernilai dengan perkataan lain. Dengan jalan menyelenggarakan jasa-jasa atau produksi benda-benda untuk mana terdapat permintaan yang bertenaga.
Jenis-Jenis Pendapatan
Dengan bertolak pada beberapa batasan pendapatan yang telah dikemukakan di atas, maka garis besarnya pendapatan dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
Pendapatan nasional
Bila pendapatan National dilihat uang muka dapat disebut produksi nasional (National Product), yakni, seluruh penghasilan yang diterima golongan masyarakat pemilik faktor-faktor produksi, yakni pemilik tanah, tenaga kerja, modal dan pemimpin dalam waktu tertentu.
Pendapatan perseorangan
Pendapatan perseorangan (Personal Income) yakni seluruh penghasilan yang diterima oleh masing-masing individu dalam kegiatan ekonomi pada suatu periode tertentu. Yakni selama satu tahun. Personal income dapat dibedakan menurut nilai yang diterima yakni :
Pendapatan nominal, yakni pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk sejumlah uang.
Pendapatan riil (nyata) yakni pendapatan sejumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan normal.
Berdasarkan kedua jenis pendapatan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini jenis pendapatan yang digunakan adalah pendapatan perseorangan atau lazim disebut pendapatan perkapita (personal income).
Pendapatan seseorang yang diperoleh dari hasil bekerja diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan Upah Minimum Regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum sesuai dengan biaya hidup setempat agar setiap pekerja mendapat jaminan untuk hidup yang layak secara minimal (Wikipedia, 2010).
UMR ditiap Provinsi berbeda tergantung oleh ketetapan DPD yang kemudian disahkan oleh Gubernur masing-masing Provinsi. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 132 Tahun 2009 menetapkan untuk Provinsi Aceh UMR pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.300.000,- (satu juta tiga ratus ribu rupiah) per bulan (http://allows.wordpress.com/2010).
Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan kehamilan. Karena apabila seseorang memiliki tingkat pendapatan yang sesuai UMR maka kehidupannya dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun pada kenyataannya angka kematian ibu di Provinsi Aceh masih mengkhawatirkan untuk itu pemerintah memberlakukan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) ketika program ini diberlakukan terjadi peningkatan yang cukup signfikan pada kunjungan kehamilan (http://dinkes.acehprov.go.id/2010).
Asuhan Kehamilan (Antenatal care)
Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2002), kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami menghasilkan janin yang tumbuh dalam rahim ibu. Sedangkan menurut Saifuddin (2002), masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Asuhan kehamilan adalah asuhan yang diberikan pada ibu hamil mulai konsepsi sampai dengan bayi lahir dengan selamat. Asuhan kehamilan dilakukan sejak ibu terlambat haid, sejak ibu merasa hamil dan sejak ibu pasti hamil (Purwita, 2009).
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Handaya, 2008).
Tujuan Asuhan Kehamilan
Baru setengah abad ini diadakan pengawasan wanita secara teratur dan tertentu. Dengan usaha ini ternyata angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi jelas menurun. Pada pengawasan wanita hamil hubungan dan pengertian baik antara bidan dan wanita hamil tersebut harus ada. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit tentang kehamilan yang sedang dikandungnya (Prawiroharjo, 2005).
Menurut Mochtar (2000), tujuan asuhan kehamilan dibagi menjadi tujuan khusus dan tujuan umum :
Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Tujuan Khusus
Mengenali dan dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari selama masa kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan keluarga berencana
Jadwal kunjungan kehamilan
Menurut Abdul Bari Saifudin (2002), Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal dalam waktu sebagai berikut :
Satu kali kunjungan selama trimester I (mulai konsepsi sampai sebelum minggu 14).
Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28).
Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal : sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa 4 minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali. Bila ada masalah atau gangguan kehamilan ibu segera menemui petugas kesehatan profesional (bidan atau dokter) untuk penanganan lebih lanjut (Salmah, 2006).
Menurut Saifuddin (2002) untuk kelengkapan pelayanan antenatal selamjutnya meluputi 7T, yaitu : timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa kehamilan pada trimester pertama dan trimester kedua didasarkan pada presumsi dan tanda kehamilan yang mungkin. Kehamilan terlihat ketika terdapat tanda-tanda positif yang dapat diamati. Sejarah, fisik pelvic dan penemuan laboratorium yang mendasari data itu digunakan untuk membuat suati hasil diagnoda kehamilan secara rinci dihubungkan dengan presumsi, kemungkinan dan tanda kehamilan positif. (Varney, 2003).
Berikut tanda-tanda kehamilan :
Tanda kemungkinan : amenorea (terlambat datang bulan), mual (nausea) dan muntah (emesis), ngidam, sinkope (pingsan), payudara tegang dan sering miksi.
Tanda tidak pasti
Rahim membesar, sesuai tuanya kehamilan
Pada pemeriksaan dalam dijumpai : tanda hegar (servik lunak), tanda chadwick (kebiru-biruan pada vagina), tanda piscaseks (uterus membesar ke salah satu jurusan), kontraksi braxton hicks (uterus berkontraksi jika dirangsang), teraba ballotement (lentingan janin).
Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Sebagian kemungkinan positif palsu.
Tanda pasti
Gerakan janin dalam rahim, 18 minggu (primigravida) dan 16 minggu (multigravida).
Terlihat/teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin. Pemeriksaan dengan rontgen untuk melihat kerangka janin.
Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop laenec (18-20 minggu), alat kardiografi, alat doppler dan dilihat dengan ultrasonografi. (Manuaba, 1999).
Kebutuhan dasar wanita hamil
Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi wanita hamil meningkat kira-kira 20% sehingga untuk mengetahui kebutuhannya, wanita hamil selalu bernafas lebih dalam dan bagian bawah toraknya juga melebar kesisi.
Nutrisi
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi selama hamil dapat menyebabkan anemia, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerpuralis dan lain-lain.
Kebersihan diri
Mandi diperlukan untuk kebersihan/higien terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Perawatan gigi dapat dilakukan dengan menyikat gigi minimal 2 kali dalam sehari dan ibu hamil sebaiknya mengenakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan (Prawirohardjo, 2006).


Perawatan payudara
Pakaian dalam yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah “suspension” bukan menekan dari depan. Bila puting susu masuk kedalam, hal ini diperbaiki dengan menarik-narik keluar (Salmah, 2006)
Istirahat dan tidur
Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba, 2000).
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat. Berhubungan dengan radiasi dan bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda. Kegunaan gerak badan adalah sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara masih segar (Salmah, 2006).
Imunisasi
Terutama imunisasi tetanus toxoid untuk melindungi janin terhadap penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dilakukan pada trimester I/II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
Senggama
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan (Prawirohardjo, 2006).
Persiapan laktasi
Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan optimal segera diberikan laktasi. Untuk mempersiapkan laktasi, perlu dilakukan persiapan perawatan untuk persiapan laktasi (Manuaba, 2000).








BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Menurut Widianingrum (2000), karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status social, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi (pendapatan) dan sebagainya. Karena keterbatasan pengetahuan dan waktu, maka peneliti hanya mengambil beberapa variabel untuk diteliti yaitu sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen





Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriftif dengan pendekatan Cross Sectional. Menurut Notoatmodjo (2005), penelitian deskriptif adalah "Suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif". Penelitian dengan pendekatan Cross Sectional menurut Ferry (2009), adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu variabel independen yaitu karakteristik yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan sedangkan variabel dependen yaitu ibu hamil yang memeriksakan kehamilan.
Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 periode Januari - Juni 2010 yaitu berjumlah 2.455 orang.
Sampel
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
Rumus untuk menentukan besar sampel menurut Slovin (Notoatmodjo, 2003) adalah sebagai berikut :


Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut didapati :
n= 2.455/(1+2455(0,1)2)
= 2.455/(1+2455(0,01))
= 2.455/25,55=96,08=96
Maka sampel dari populasi dalam penelitian ini berjumlah 96 orang.
Tekhnik Sampling
Penelitian ini menggunakan tekhnik pengambilan sampel random/probability sampling yaitu tekhnik accidental sampling.
Menurut Sugiyono (2004:77) accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja ibu hamil yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti ditempat penelitian pada saat penelitian berlangsung maka akan dijadikan resposden. Teknik ini dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakterisktik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek. (Alimul, H. 2002)
No Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Pengukuran Alat Ukur Skala Ukur Hasil
Variabel Dependen
1. Karakteristik
Ciri-ciri dari individu terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Wawancara Kuesioner
Jumlah pertanyaan 4
Ordinal Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Variabel Independen
1 Umur Lama hidup ibu hamil saat dilakukan penelitian Wawancara
Beresiko bila : usia < 20 atau > 35 tahun
Tidak beresiko bila : usia 20-35 tahun Kuesioner
1 pertanyaan
Ordinal Beresiko
Tidak beresiko
Pendidikan Tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan ibu hamil Wawancara
Tinggi: Tamatan D3/PT
Menengah: Tamatan SMU/Sederajat
Dasar : Tamatan SD/ SLTP Sederajat Kuesioner
1 pertanyaan
Ordinal Tinggi
Menengah
Dasar
Pekerjaan Segala usaha yang dilakukan ibu hamil yang dapat menghasilkan uang Wawancara
Bekerja : bila ibu hamil memiliki pekerjaan
Tidak Bekerja : bila ibu tidak memiliki pekerjaan
Kuesioner
1 pertanyaan
Nominal Bekerja
Tidak Bekerja
Pendapatan Jumlah pendapatan yang diperoleh selama satu bulan. Wawancara
Sesuai UMR :
Bila pendapatan per bulan ≥ Rp. 1.300.000,00
Tidak sesuai UMR
Bila pendapatan per bulan < Rp. 1.300.000,00 Kuesioner
1 pertanyaan
Nominal Sesuai UMR
Tidak sesuai UMR

Alat dan Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner (angket). Untuk memperoleh data angket disebarkan kepada responden kemudian diisi sesuai diri responden dengan masing-masing 1 pertanyaan tentang umur, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Metode Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005).
Seleksi Data (Editing)
Pada tahap ini, mengumpulkan dan memeriksa data kuisioner yang ada lalu diperiksa apakah data yang ada sesuai dengan jumlah sampel dan apakah cara pengisian sudah benar atau terdapat kekeliruan.
Pemberian Kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya memberikan kode-kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
Pengelompokkan Data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisa data deskriftif, yaitu memberikan gambaran tentang kondisi suatu objek tanpa membuat suatu perbandingan. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi tiap variabel yang akan diteliti.






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari mulai dari tanggal 22 Oktober 2010 sampai 27 Oktober 2010. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dari 96 responden dalam bentuk distribusi tabel.
Karakteristik Berdasarkan Umur
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ditinjau dari umur dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilan Di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh Tahun 2010

No. Umur Frekuensi %
1. Beresiko 20 20,8
2. Tidak Beresiko 76 79,2
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditemukan 76 (79,2%) ibu hamil dengan kategori umur tidak beresiko yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ditinjau dari pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilan Di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010

No. Pendidikan Frekuensi %
1. Tinggi 23 24,0
2. Menengah 56 58,3
3. Dasar 17 17,7
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditemukan 56 (58,3%) ibu hamil dengan kategori pendidikan menengah yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.

Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ditinjau dari pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut :


Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilan Di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010

No. Pekerjaan Frekuensi %
1. Bekerja 31 32,3
2. Tidak Bekerja 65 67,7
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditemukan 65 (67,7%) ibu hamil dengan kategori tidak bekerja yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Karakteristik Berdasarkan Pendapatan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 ditinjau dari pendapatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pendapatan Ibu Hamil Yang Memeriksakan Kehamilan Di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010

No. Pendapatan Frekuensi %
1. Sesuai UMR 14 45,2
2. Tidak Sesuai UMR 17 54,8
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2010)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditemukan 17 (54,8%) ibu hamil dengan kategori pendapatan tidak sesuai UMR yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Pembahasan
Hasil penelitian mengenai karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Karakteristik Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ditemukan 76 (79,2%) ibu hamil dengan kategori umur tidak beresiko yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Menurut Stopard (2007), usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan, semakin tua usia pada saaat hamil ibu membutuhkan perhatian khusus terhadap kehamilannya. Begitupun menurut Prawirohardjo (2005), dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelitian Jufridawati yang menyatakan bahwa usia 20 sampai 35 tahun paling banyak memeriksakan kehamilan.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan kategori usia tidak beresiko yaitu usia 20-35 tahun lebih banyak memeriksakan kehamilan. Usia tersebut merupakan usia yang paling baik untuk kehamilan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun lebih tinggi karena pada usia tersebut endometrium masih belum matang sehingga belum siap menerima hasil konsepsi. Dan kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun karena alat reproduksi sudah mengalami atrofi sehingga mudah terjadi perdarahan dan mengakibatkan sejumlah komplikasi.
Karateristik Berdasarkan Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ditemukan 56 (58,3%) ibu hamil dengan kategori pendidikan menengah memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Menurut Rustam (2000) bahwa dengan adanya pendidikan setiap ibu hamil akan dapat memahami apa yang harus dilakukan dengan kehamilannya dan dapat menangkap secara cepat informasi atau pengetahuan yang memberikan pengaruh positif daya fikir ibu hamil yang akan mendorong mereka untuk hidup sehat. Hasil penelitian ini di dukung oleh peneliti Jufridawati bahwa ibu hamil dengan pendidikan menengah lebih banyak memeriksakan kehamilannya.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan kategori pendidikan menengah lebih banyak memeriksakan kehamilan. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang berpendidikan menengah dan tinggi lebih cepat menangkap informasi atau pengetahuan yang didapat dan lebih memahami pentingnya pelayanan antenatal care yang secara rutin dan teratur sementara ibu hamil berpendidikan rendah masih banyak yang belum mengerti pentingnya memeriksa kehamilan pada tenaga kesehatan.
Karateristik Berdasarkan Pekerjaan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ditemukan 65 (67,7%) ibu hamil dengan kategori tidak bekerja yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Depdikbud (2003) mengemukakan pekerjaaan adalah sesuatu yang dilakukan atau tugas dan kewajiban yang dapat menghasilkan pendapatan. Seiring dengan pernyataan BKKBN (2002) Ibu atau istri bekerja adalah ibu yang bekerja atau melaksanakan kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan, sedangkan ibu rumah tangga (IRT) adalah ibu yang tidak memiliki penghasilan dan menjalankan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, mengurus anak dan lain-lain. Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti Jufridawati yang menyimpulkan bahwa ibu hamil dengan kategori tidak bekerja lebih banyak memeriksakan kehamilannya.
Peneliti menyimpulkan bahwa hasil terbanyak ibu hamil yang memeriksakan kehamilan berada pada kategori tidak bekerja. Karena lebih banyak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan sementara ibu hamil yang bekerja tidak mempunyai banyak waktu untuk memeriksakan kehamilannya karena kesibukannya bekerja diluar rumah.
Karateristik Berdasarkan Pendapatan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ditemukan 17 (54,8%) ibu hamil dengan kategori pendapatan tidak sesuai UMR yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010.
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendapatan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Begitupun menurut Maulana (2006) ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan sehat, keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksa kehamilannya secara rutin. Merencanakan persalinan ditenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Dengan adanya perencanaan yang baik dari awal, kehamilan dan persalinan pun berjalan baik.
Peneliti menyimpulkan ibu hamil yang bekerja dengan kategori pendapatan dibawah UMR lebih banyak memeriksakan kehamilan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu dengan pendapatan dibawah UMR juga memiliki kemampuan yang sama dengan ibu hamil yang berpendapatan sesuai UMR dalam hal memeriksakan kehamilannnya di tenaga kesehatan.


BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2010, penulis dapat mengambil kesimpulan :
Hasil penelitian tentang umur ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori umur tidak beresiko ditemukan sebanyak 76 responden (79,2%).
Hasil penelitian tentang pendidikan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori pendidikan menengah ditemukan sebanyak 56 responden (58,3%).
Hasil penelitian tentang pekerjaan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori tidak bekerja ditemukan sebanyak 65 responden (67,7%).
Hasil penelitian tentang pendapatan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori pendapatan sesuai UMR ditemukan sebanyak 14 responden (45,2%).
Saran
Kepada tenaga kesehatan di rumah sakit ibu dan anak agar lebih sering memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang pentingnya memeriksa kehamilan secara rutin.
Kepada tenaga kesehatan agar menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sedini mungkin untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan dengan ketentuan :
Satu kali kunjungan selama trimester I (0-14 minggu)
Satu kali kunjungan selama trimester II (antara 14-28 minggu)
Dua kali kunjungan selama trimester III (antara 28-36 minggu dan sesudah 36 minggu).